Salam,,
Enam puluh menit berlalu sejak mereka memejamkan mata.
Wajah-wajah lelah yang bahagia tergambar pada garis-garis alis hingga dagu.
Alhamdulillah yaa Allah…atas nikmat hari ini. Nikmat iman, sehat, waktu, dan segala
hal yang terjadi hari ini, sebagai lembaran-lembaran materi pelajaran untuk
melangkah ke hari esok.
Lalu, waktunya saya untuk kembali beranjak. Iya, inilah
salah satu waktu yang masuk dalam daftar kegiatan sehari-hari. Ketika suami
telah terlelap dalam lelah setelah seharian berjibaku dengan bermacam kegiatan
yang ditutup dengan menemani Safanah lomba lari, main sepeda, menyusun puzzle,
sampai harus memutar otak menyusun cerita dongeng baru. Lalu akhirnya si anak
memutuskan untuk, “Bobok Abi, bobok ummi”, dan dalam waktu kurang dari 30 menit
setelah berdoa, mereka terpejam. Saya sengaja menjaga mata supaya tetap terjaga,
walaupun tidak jarang juga saya keterusan ikut terlelap. Dan ini bikin
sediiihhh banget saat terbangun. Rasanya saya telah melewatkan satu kesempatan
berharga. Segitu berharganya kah? Iya. Banget. Atas kehendak Allah, saya
diberikan beberapa amanah di siang hari yang membuat saya merasa “kekurangan
waktu” untuk sekedar membuka group whatsapp (maaf teman-teman kalau saya sering
slow respon, hiks), membaca saved post di facebook, update followed blog, tidak
memubadzirkan buku-buku yang kalap dipesan, dan termasuk untuk online shopping,
hihi. Pokoknya waktu seperti ini saya jadikan moment untuk meng-upgrade informasi.
Karena ternyata jadi istri dan ibu, ilmu yang dibutuhkan lebih kompleks.
Termasuk di dalamnya ilmu mengelola diri. Makanya kalau ketiduran, nyeselnya
lumayaaan juga. :D
Dan malam ini, malam tanggal 17 Agustus, saya seneng banget
masih bisa terjaga. Mumpung besok juga libur (pssssttt…besok tidak ada jadwal
ikut upacara),jadi saya bisa puas mau sampai jam berapa tanpa khawatir
kesiangan masak. Sejak jadi mamak-mamak, saya berfikiran bahwa kalau tetap
ingin memperkaya informasi, waktu istirahatlah yang harus kita ikhlaskan. Susah
kalau mau selalu nurutin prinsip ‘Istirahat yang cukup’ karena waktu untuk ‘amanah-amanah’
di siang hari tetap harus 100% dan tidak sepatutnya disambi-sambi. Sementara
memberikan 100% buat semua itu perlu banyak belajar supaya lebih terarah.
Namanya juga masih belajar…semoga Allah meridhoi, senantiasa mudahkan jalan dan
berikan kesehatan.
Nah, nah, pertanyaannya sekarang, kok tiba-tiba update blog?
Sejujurnya, setiap menjalani malam-malam seperti ini, saya
tak jarang menulis apapun yang ingin saya tulis, namun hanya berakhir sebagai
draft. Entah sejak kapan saya merasa semakin tidak percaya diri untuk membagi
apa-apa yang saya tuangkan dalam tulisan yang gamblang. Apalagi tentang
kehidupan saya. Saya lebih percaya diri ketika membagi apa yang saya ambil
dalam bentuk foto di instagram, karena dalam pikiran saya, foto hanyalah
sekedar foto. Dan Instagram hanyalah tempat menyimpan kumpulan kekaguman hasil
tangkap visual mata dari ciptaan Allah. Sedangkan tulisan, range makna akan
semakin sempit karena tulisan adalah bagian penting dari definisi. Dan di
sanalah saya berfikir, kemungkinan kesalahan mendefinisikan kejadian semakin
besar. Tapi yang paling membuat saya tidak percaya diri adalah, bahwa saya
merasa pengalaman hidup yang saya alami tidak seberapa dibandingkan mereka yang
diuji dengan berbagai ujian ketegaran yang luar biasa. Apalagi untuk mengeluh,
setiap mendapati postingan video keadaan saudara kita di palestina, suriah
ataupun di seluruh belahan dunia, semakin merasa apalah hak saya untuk
mengeluh. Ditambah lagi wanti-wanti dari suami bahwa yang namanya perempuan dan
medsos itu cukup membahayakan. Salah-salah bisa kebablasan curhat macam-macam
masalah rumah tangga. Dan saya…..masih cukup berusaha keras di bagian ini. ^^v
Hingga akhirnya…semakin saya membaca tulisan-tulisan
inspiratif dari mereka yang luar biasa, saya jadi punya pandangan baru. Jikalau
semua orang punya pikiran yang sama seperti saya, yaitu merasa tidak pantas, maka
tidak akan ada tulisan inspiratif, dan tidak akan pernah ada orang seperti saya
pula yang belajar dari tulisan orang lain. Bagaimana kita bisa belajar kalau
tidak ada yang berbagi? Bagaimana kita bisa tahu kalau tidak ada yang memberi
tahu? Ya, akhirnya saya mendapatkan satu titik kesepakatan diri bahwa tidak ada
salahnya membagi apa yang kita alami karena kita tidak pernah tahu se-tidak bermanfaat
apakah tulisan kita. Bisa jadi dari sekedar tulisan abal-abal semacam ini
ternyata bisa membuat orang lain juga ingin menulis untuk membetulkan tulisan ataupun
pandangan kita yang kurang tepat. Ya, kita tidak pernah tahu… Yang harus tetap
dijaga adalah saya tidak boleh melupakan kebermanfaatan dari apa yang akan saya
tulis. Jangan sampai kepleset dari wanti-wanti yang sudah disampaikan suami.
Jangan sampai hanya berisi keluhan tanpa hikmah. Jangan sampai dari tulisan
saya justru menimbulkan energi negatif bagi yang membaca. Jangan, jangan sampai
ya Allah….. :’(
Dan akhirnya, saya berharap masih bisa menjalani malam-malam
seperti ini. Bermesra dengan hal-hal baru yang bermanfaat, kepo tulisan serta
perangai orang-orang inspiratif pilihan Allah, dan semoga masih bisa terus
diberi kesempatan untuk berbagi, semoga bisa bermanfaat, semoga bisa terus
belajar dari mereka yang luar biasa, dan semoga Allah meridhoi…aamiin.
Kita adalah para wanita yang di pundak ini terdapat amanah
besar peradaban. Kita adalah para wanita yang diletakkan tanggung jawab akan
generasi cemerlang masa depan. Dan tidak ada peradaban cemerlang tanpa teladan dari wanita-wanita yang taat...
Nikmat itu bernama 'Kesempatan' |
0 komentar:
Post a Comment