Powered by Blogger.

Thursday, June 27, 2013

Cinta di Bawah Naungan Cinta-Mu

0 komentar
Salam,,

Ehm, ehm.... Judulnya sok romantis banget ya? ^^
Tapi saudariku...sungguh kalau saya boleh jujur, ini pengalaman paling romantis yang pernah saya alami selama hidup saya.

Ceritanya berawal ketika satu malam dengan satu alasan yang tidak perlu saya ceritakan, tiba-tiba saya melontarkan permohonan ke suami untuk pergi keluar cari martabak telor bebek istimewa. Dan tentu saja malam itu adalah malam tidak mungkin ada alasan bagi suami untuk menolak permintaan saya ^^. Walhasil, sekitar pukul 22.10 WITA kami bergegas keluar sebelum gerobak martabak pergi.

Saat suami mulai menghidupkan mesin dan saya mengunci pintu depan, saya berdecak kagum melihat suasana langit malam itu. Bersih dan berkilauan. Bulan di malam pertengahan Sya'ban benar-benar memantulkan sinar luar biasa di hamparan langit. Bintang juga tak mau kalah menghiasi, mereka bertebaran di segala ujung. Beberapa detik kepala saya menengadah ke atas, tiba-tiba saya tertarik dengan sebentuk awan tepat di sebelah bulan yang bersinar terang malam itu. Dari depan pintu, bentuk awannya tidak terlalu menarik karena dua pertiga nya tertutup pohon depan rumah. Hanya saja ada yang unik dari sisi pandangan saya saat itu. Baru kali ini saya bisa melihat awan sejelas saat itu di malam hari. Cukup lama saya memandanginya sambil melompat-lompat sedikit, tiba-tiba saya teringat suami sudah menunggu di luar pagar. Saya pun berlari kecil keluar dan berniat mengabaikan apa yang baru saja saya lihat.

"Lama sekali ngapain aja?"
"Enggak...."

"Subhanallah, kak.......!"

Saya seperti terperanjat dari jok motor, mulut saya bergetar dan mulai merinding.

"Lihat itu kak...."

Tepat di atas kami sekitar 60 derajat dari pandangan cakrawala, sebentuk awan raksasa berkilauan memantulkan sinar dari bulan yang berada tepat di sampingnya, melukiskan Lafadz Allah dengan sempurna. Sungguh jelas dan padat terbentuk. Dan hal yang lebih membuat kita berdecak kagum, saat itu langit benar-benar bersih kecuali bulan, bintang dan awan yang membentuk Lafadz Pencipta-nya.

Tapi ada yang mengherankan dari kejadian malam itu. Saat itu, saat kami keluar rumah, masih banyak tetangga-tetangga yang sibuk di luar rumah. Anak-anak muda yang berkumpul, penjaga-penjaga toko yang sekedar duduk atau mengobrol dengan saudaranya, tapi tak ada satupun yang menyadari hal itu. Bahkan saat kami berada di pinggir jalan, terlihat panik dan menunjuk-nujuk ke arah langit, saat saya berlari kecil kembali menuju rumah untuk mengambil hanphone, atau bahkan saat saya mengangkat-angkat handphone untuk mengambil gambarnya, belum ada satupun juga yang terlihat penasaran dengan tingkah kami. Baru setelah kami berhasil mengambil satu-satunya gambar setelah bersusah payah menggunakan kamera HP abal-abal itu, dan saat awan itu mulai memudarkan kesempurnaan bentuknya, baru salah seorang anak berteriak,

"Eh, lihat-lihat, awannya berbentuk tulisan Allah, lihat!"
"Subhanallah...subhanallah...."

Mulailah orang-orang berdiri sembari tak hentinya memuji asma Allah. Seorang ibu-ibu mendekati kami sambil mengucap tasbih.

"Subhanallah... Ambil kamera, ambil kamera"
"Bagus ya bu, sayangnya sudah mulai pudar"
"Iya dek", kata ibunya tanpa memalingkan wajahnya yang tengah menengadah
"Kami duluan ya bu..."
"Oh, iya iya dek"

Kami pun pergi melanjutkan tujuan kami membeli martabak ^^. Tapi belum satu menit kami berjalan, awan itu sudah semakin pudar dan berpencar ke segala arah.

"Yah kak, awannya sudah tidak berbentuk..."
"Oh, mungkin itu tadi cuma buat kita berdua...."

Saya pun tersenyum dan mengencangkan peganganku pada tubuh laki-laki di depanku, sembari kembali menengadah ke langit dan berucap dalam hati,

"Alhamdulillah...Allahu Akbar....terima kasih untuk malam yang indah ini yaa Rabb"

Polewali, Senin 16 Sya'ban 1434 pkl 22.18 WITA