Powered by Blogger.

Saturday, December 21, 2013

Maafkan Ummi, nak...

0 komentar
Salam,,

Hari ini, adalah hari pertama saya kembali ke kantor setelah tiga bulan penuh menikmati hari-hari cuti sebagai ibu rumah tangga sejati. Alhamdulillah...hari ini berbarengan juga dengan hari pertama memasuki kantor baru. Iya, kami sudah mutasi ke kabupaten Majene. Walaupun kami belum mendapatkan rumah kontrakan, tapi alhamdulillah ada kos-kosan bagus untuk tinggal kami sementara sembari mencari-cari rumah. Maklum, Majene kota kecil yang belum semaju Polewali sehingga jarang pengunjung dari kota lain. Akibatnya, sangat sedikit orang meniatkan diri menyediakan rumah kontrakan.

Hari pertama masuk kantor, senang sekali karena ketemu dengan teman seangkatan, dengan kakak-kakak tingkat, teman-teman baru dan tentunya suasana baru. Karena belum ada pengasuh dan saya juga belum mantap apakah cari pengasuh atau tidak, akhirnya Safanah saya ajak ke kantor. Awalnya seneng...karena di kantor ada juga mbak tingkat yang juga bawa anak seumuran Safanah. Safanah sering dipinjami ayunannya dan ternyata dia seneng banget.

Tapi sesampainya di rumah, sedih sekali melihat Safanah mukanya sayu setelah saya turunkan dari gendongan. Wajahnya terlihat letih. Tiba-tiba saya teringat suatu hari saat saya masih menginjak bangku SD. Pernah suatu hari teman saya sepulang dari sekolah mampir ke rumah saya. Saya ingat betul waktu itu dia berkata pada saya, "Kamu enak ya, punya ibuk di rumah, tiap pulang sekolah udah dimasakin. Aku selalu disuruh beli makan sendiri". Tiba-tiba saya merasa bersyukur sekali punya ibuk di rumah. Iba rasanya melihat teman-teman saya yang pulang ke rumah tidak ada ibunya yang membantu melepaskan sepatu dan pakaian seragamnya seperti ibuk. Dan hari ini, saya berkaca-kaca melihat Safanah yang keletihan karena seharian dibawa ke kantor. Membayangkan beberapa tahun ke depan ketika saya harus bekerja dan meninggalkan anak di rumah bersama pengasuh. Maafkan Ummi, nak... Gara-gara Ummi, Safanah harus tidur di dekat parkiran motor karena di dalam kantor panas. Gara-gara Ummi, beberapa kali kudekap erat Safanah karena kaget kedinginan diterpa angin saat naik motor. Gara-gara Ummi, Safanah sering kepanasan matahari siang ditambah debu yang bertebaran.

Karena itulah, saya berjanji dalam hati untuk selalu memberikan yang terbaik buat Safanah. Yang terpenting adalah saya bisa lebih banyak berinteraksi dengannya walaupun saya juga harus bekerja, tetapi tidak juga membuatnya keletihan seperti hari ini.

Ya Robb...berikanlah yang terbaik untuk Safanah, untuk kami semua. Aamiin.

Friday, December 6, 2013

Wherever You Are, That's the Part of Your Destiny

0 komentar

Salam,,

Rintik hujan sudah tak terdengar lagi. Tapi aroma dinginnya masih menyelimuti hening malam ini. Selimut dan wajah lugu kalian dalam lelap di sampingku sungguh terasa menyempurnakan. Hhhh...sayangnya mata ini masih sulit terpejam untuk menjelajah alam mimpi bersama kalian.

Alhamdulillah...kepastian yang ditunggu-tunggu datang juga. Kami akan segera pindah ke tempat tugas baru di kabupaten sebelah. Pengalaman berpindah-pindah tempat sejak kecil membuatku terbiasa dengan hal seperti ini. Walaupun kemarin saat hendak berangkat menuju pulau ini, pulau yang tanahnya belum pernah tersentuh telapak kakiku, saya sempat merasa khawatir. Membayangkan suasana yang mungkin jauh berbeda dari tempat-tempat sebelumnya, orang-orang yang mungkin jauh berbeda dari orang-orang yang sebelumnya kukenal, bahasa yang sebelumnya tak pernah ku mengerti, bla bla bla dan sebagainya. Untungnya aku datang ke pulau ini tak sendiri. Dan setelah kujalani hingga saat ini, biasa-biasa saja, bahkan di luar dugaan. Kekhawatiran yang lalu adalah hal yang tidak perlu. Semua berjalan tidak jauh berbeda dengan lingkungan sebelumnya. Justru banyak hal baru yang kualami, banyak cerita yang bisa kubagi dengan mereka di sana. 

Yogyakarta, satu tahun yang lalu

Hidup di dunia adalah perjalanan singkat. Kadang kita memang terlalu berlebihan dalam menyikapi sesuatu yang sebenarnya tak perlu dirisaukan. Banyak hal yang jauh lebih penting untuk kita risaukan, seperti apa yang persiapkan dengan waktu kita di dunia ini. Yakin saja, Allah telah mengatur semuanya dengan sangat rapih. Dia tidak akan memberikan sesuatu yang di luar batas kemampuan kita. Selama nafas masih berhembus, maka selama itu juga nikmat dan rezeki dari Allah akan terus mengalir. Semua sudah teratur dengan baik. Kita tinggal menjalaninya sesuai apa yang diperintahkan. Ketika menemui hal baru, maka bersyukurlah, karena berarti Allah memberika alur cantik dan bervariasi untuk hidup kita.

Polewali Mandar Sulbar, hari ini
So, dimanapun kita berada, itulah bagian dari takdir kita... 
Selamat malam, ^^

 

Monday, November 11, 2013

Tentang Syukur

0 komentar
Salam,,



Sungguh, benar-benar banyak sekali dalam hidup ini yang harus disyukuri. 

Beberapa kali saya menonton acara di televisi yang mengangkat kehidupan orang-orang pinggiran, orang-orang yang hidup serba kekurangan. Dan beberapa kali itu juga saya selalu tidak tahan menahan sesak dalam hati. Ya, apalagi kalau bukan karena jengkel pada diri sendiri, menyalahkan diri sendiri. 

Seperti ketika melihat tayangan seorang anak kecil yang bukannya duduk nyaman di bangku sekolah untuk menuntut ilmu, tapi ia bersusah payah berjalan saaangat jauh, memikul ember berisi air untuk minum, masak, dan keperluan rumah lainnya. Hanya dengan dua ember hasil pikulannya yang mungkin...sesampai di rumah tinggal setengahnya saja karena tumpah terkoyak di perjalanan. Sementara saya....baru pompa air mati sebentar saja sudah ribut berkeluh kesah. Padahal masih bisa juga ditimba. 

Atau ketika saya melihat tayangan tentang sebuah keluarga yang sangat kekurangan, tinggal seorang ibu yang ditinggal pergi sang suami, anak gadis yang tidak sanggup meneruskan sekolah dan seorang balita kecil yang masih butuh perawatan untuk tumbuh kembangnya. Tapi apa dikata, tak ada uang mereka untuk membelikan susu buat si kecil, air gula pun ternyata mampu membuat si kecil terus tertawa gembira di antara teman-temannya yang membawa dot berisi susu. Sementara saya di sini masih suka membuang-buang uang untuk hal-hal yang tidak penting. 

Allah.... Engkau memang Maha Adil. Engkau ciptakan mereka orang-orang kuat pilihan-Mu yang sungguh aku kagum dengan senyum yang tetap tersungging di wajah mereka. Lindungilah mereka Allah, limpahkan anugerah pada mereka. Jagalah mereka...jagalah kami, dan jauhkan kami dari kesombongan atas segala nikmat dari-Mu.

Wednesday, October 16, 2013

Tentang Hari Ini ~ Late Post

0 komentar
Salam,,

Masih berjibaku dengan rutinitas baru bersama keluarga kecil ini. Tapi tetap tak lupa menyisihkan waktu untuk menikmati masa-masa cuti ini. Tetap terus belajar, memperkaya 'bekal' dan tidak pernah berhenti menelusuri segala sisi dan sudut bumi untuk dijadikan inspirasi menjalani peran ini.

Tentang hari ini...ya, alhamdulillah, 10 Dzulhijjah 1434 H.
Salah satu hari yang kami, kita semua umat muslim nantikan. Yang mengingatkan kita tentang sebuah 'ketaatan' luar biasa dari sosok Ibrahim alaihissalam dan Ismail alaihissalam. Tapi bagi saya pribadi, ada hal lain yang juga sedikit mengingatkan saya pada satu euforia rasa. Ketika setiap dokter dan bidan yang pernah saya datangi menyebutkan dengan tegas bahwa buah hati diperkirakan akan lahir tanggal 15 Oktober 2013, hari ini, bertepatan dengan Idul Adha. Tapi skenario Allah sungguh luar biasa. Hari ini, buah hati sudah ada di pangkuan, mata dan telinganya telah mengenali keberadaanku, menggerak-gerakkan tangan dan kaki seolah menari menikmati setiap hirupan udara bumi.




Semoga...semoga hari ini bisa menjadi pengingat buat kita, nak. Semoga kita bisa meneladani satu kisah luar biasa tentang hari ini. Bahwa tak ada yang boleh mengalahkan rasa cinta dan taat kita pada Sang Khaliq, Allah subhanahu wata'ala.

Friday, September 27, 2013

Keajaiban Kecil di Septemberku

0 komentar
Salam,,


Sembilan belas September dua ribu tiga belas...
Saat malam masih membentangkan gelap, namun pagi mulai memercikkan hawa subuhnya
Sesuatu yang tak terduga tapi dinanti adanya, datang juga
Engkau mulai bergerak menuju jalan kehidupan dunia,
Tapi berjuta keraguan ini menahan untuk segera beranjak,
Hingga keyakinan tentangmu datang bersama rasa yang tak tertahan

Allahu Akbar... sepenggal kalimat agung yang tak hentinya terucap
Bersama aliran-aliran darah yang membawamu semakin dekat
Hingga ketika mentari menyeringai membawa waktu dhuha,
Lahirlah malaikat kecilku...mujahidahku...
Yang dalam sekejab menghapus perih tiga jam lalu

Masya Allah...
Maka benar tentang apa yang terucap dari sahabat Umar bin Khattab,
Bahwa tak ada yang cukup untuk membalas budi seorang Ibu
Karena seorang anak merawat ibunya sembari menunggu Allah mengambilnya,
Sementara seorang ibu merawat sembari mengharapkan kehidupan anaknya...

Untuk Ibu...
dan untukmu, sayang
Inilah aku,
Wanita yang menanti kata 'Umi' dari mulut kecilmu,
Sebuah panggilan terindah yang pernah kumiliki...

Medya_

Tuesday, September 17, 2013

Rahmat Menangis

0 komentar
Salam,,

Ali, menantu Rasulullah itu, suatu hari pernah mengeluarkan kalimat indah tentang menangis. "Maka ingatlah, jika kalian mendapatinya (rahmat tangisan itu), manfaatkanlah untuk berdoa." Menangis itu ternyata rahmat. Dan jika kita kedapatan dalam kondisi membersamainya, berdoa adalah sebaik-baik aktivitas.

Saturday, September 14, 2013

Semua Karena Bento

1 komentar
Salam,,

Alhamdulillah....akhirnya sabtu pagi lagiiii! Yeay! 
Selalu excited sama sabtu pagi karena sejenak bisa terbebas dari rutinitas kantor dan pastinya bisa corat coret lagi di blog kesayangan ^o^

Kali ini saya mau sedikit sharing pengalaman tentang passion memasak saya yang muncul sejak 'single' dan semua itu karena bentooouuu. Mau tahu gimana ceritanya? Yuk yuk sini merapat sebentar ;D

Awalnya, saya tidak terlalu hobi dalam hal masak memasak. Walaupun saya akui ibu adalah wanita dengan tangan ajaib dalam hal mengolah aneka kuliner, entah kenapa sampai saya menginjak bangku kuliah tahun ke-3 belum juga terasa ada bakat ibu yang mengalir ke diri saya. Ibu juga sudah sering mengingatkan untuk sedikit-sedikit belajarlah memasak. Katanya supaya nanti tidak malu sama suami dan mertua. Tapi....beluuum juga bisa menggoyahkan saya. Justru dari dulu saya lebih tertarik pada fotografi dan desain grafis. Karena itulah, saat saya mulai berselancar di dunia maya, kata kunci pertama yang saya ketik selalu tidak jauh dari hal-hal berbau fotografi dengan bermacam-macam tema.

Hingga suatu ketika sampailah saya pada tema food photography. Hmmm...ada yang berbeda tiap memandangi foto-foto makanan. Antara takjub, menyejukkan, segar, dan laperrr...tiba-tiba di sana jadi muncul keinginan untuk bisa memasak semacam itu, menatanya dengan cantik dan menarik, lalu memotretnya untuk koleksi. Apalagi saat saya melihat foto-foto bekal makanan yang terlihat segar dan ditata apik, rasanya pengen juga bisa bikin bekal seperti itu terus dibawa piknik jalan-jalan sama teman-teman. Waaaah....pasti seru! Sayangnya waktu itu lebih banyak pengennya daripada eksekusinya. Hihi.

Dan akhirnya sampailah saya pada masa-masa setelah lulus kuliah. Saat itu sembari menanti pengangkatan CPNS, saya dan teman-teman satu angkatan di-magang-kan dulu di kantor pusat Jakarta. Jam magang kami dimulai sejak jam setengah delapan pagi sampai jam empat sore. Tentu saja, dengan jam kerja seperti itu saya terpaksa sarapan dan makan siang di kantin kantor yang notabene harga-harganya diukur setara harga pegawai. Padahal saya ini masih magang dan honor yang didapat sangat mepet untuk biaya hidup di Jakarta. Belum lagi biaya transport ke kantornya. Akhirnya, mau tidak mau harus memutar otak untuk memangkas pengeluaran-pengeluaran yang semakin membengkak selama magang. Dan setelah dihitung-hitung, memang pengeluaran terbesar ada di sarapan dan makan siang. So...sepertinya membawa bekal adalah alternatif terbaik untuk mengurangi pengeluaran makan.

Jadi dari sanalah saya mulai belajar membuat bekal berbentuk bento untuk ke kantor. Di masa-masa awal, saya harus belajar banyak tentang manajemen waktu dalam membuat bento dan tentu saja menu-menu apa yang praktis tapi tetep enak buat jadi bento. Saya searching di sana-sini tentang aneka bento. Senangnyaaaaa....saat saya ketemu sama salah satu blog berisi aneka bento beserta kategori-kategorinya. Yap! Nama blognya Bento Mania. Sukaaa banget karena ada banyak resep dan tutorial bento serta aneka kuliner. Ditambah lagi foto-foto yang ditampilkan bagus-bagus. Passion fotografi saya pun juga ikut terpuaskan, hihi.




Gara-gara nemu Bento Mania, saya pernah menghabiskan waktu berjam-jam scroll semua posting dari atas sampai bawah cuma karena penasaran sama bento-bentonya. Lucu-lucu siiih...^^ Dari sanalah juga saya jadi makin semangat buat bento ke kantor.

Ini nih, penampakan-penampakan bentonya Bento Mania. Mupeeengg pengen bisa bikin kayak begini. Mupeng juga sama pernak pernik bentonya yang lucu-lucuuu >,<





Klik Foto Untuk Menuju Artikel

Sayangnya waktu bikin bento selama magang, saya gak sempat bikin yang lucu-lucu kayak di Bento Mania. Palingan cuma ditata-tata sedikit dan inilah beberapa hasil bento sederhana buatan saya dari masa ke masa yang sempat diabadikan. Biarlah sederhana tapi saya cukup puasss karena dari jarang masak saya jadi 'lumayan' rajin masak karena buat bekal ke kantor, hehehe.






Oh ya, ternyata dari ke-kepepetan yang menuntut saya untuk bawa bekal bento selama magang telah memunculkan hikmah luar biasa dalam hidup saya sekarang. Jadi kalau boleh saya simpulkan, memulai untuk membuat bento sejak masih 'single' itu punya banyak kelebihan:

1. Sudah dibuktikan hemat, hemat, hemat banget pengeluaran untuk makan.

2. Makanan yang kita makan terjamin kebersihan dan kesegarannya, karena kan kita sendiri yang bikin ^^. Jadi sudah pasti, sehat hat hat.

3. Memulai sejak 'single' untuk belajar masak dan manajemen waktu di pagi hari untuk menyiapkan sarapan/bekal. Ini penting banget, karena saya sendiri merasakannya setelah menikah jadi tidak terlalu 'kagok' di dapur. Apalagi kalau masak di depan suami atau mertua, lumayan agak pede dikit. Setidaknya kan udah bisa beda-bedain bumbu ini itu, hehe.

4. Sebagai ajang praktek aneka resep baru untuk menu bento kita.

5. Sebagai ajang menumpahkan segala kreativitas kita. Yup, penataan dalam bento itu juga penting buat menggugah selera, jadi setidaknya penataan juga perlu kreativitas, hehe.

6. Meningkatkan passion memasak. Terbuktilah sejak saya mulai agak rajin bikin bento, saya juga mulai penasaran sama resep-resep dan mulai mencoba resep ini itu. Dan dari sanalah akhirnya saya punya blog Diary Cooking saya. Mau lihat penampakannya? Ini nih... *pamer dikit, hihi*

Klik Gambar Untuk Menuju Site

Dan itulah cerita saya tentang passion masak yang muncul berkat bento. Jujur sekarang saya memang udah jarang bikin bekal bento. Secara, kalau sarapan selalu diusahakan di rumah sama suami. Dan kalau menjelang makan siang, saya usahakan selalu masak di rumah dan makan bersama suami juga. Beginilah enaknya kalau sekantor dengan suami plus rumah juga dekat sama kantor, hehe.

Sekarang, saya tidak sabaaarrr praktek bikin bekal bento ala Bento Mania buat ke sekolah si kecil nanti. Sebulan lagi ya nak, lahir sehat dan cepat gede supaya umi bisa cepet bikinkan adek bekal. Aamiin... :D

Happy weekend! ^^

Sunday, September 8, 2013

Cara Lain Menikmati Spagetti

0 komentar
Salam,,

Hari ini siapa yang tidak kenal dengan spagetti?? Sebagian orang menyebut spagetti dengan julukan 'mi italia' karena kebanyakan memang beranggapan bahwa spagetti merupakan makanan khas Italia. Padahal, menurut sumber yang saya dapat, apabila ditelusuri lebih jauh makanan ini justru berawal dari daerah Timur Jauh.

Tapi kali ini saya tidak akan membahas tentang asal muasal makanan yang akhir-akhir ini makin digandrungi oleh sebagian besar orang Indonesia terutama kalangan muda. Saya hanya akan mencoba sharing sedikit tentang 'kisah' saya bersama si spagetti ini. 

Beberapa waktu yang lalu saya tiba-tiba sempat kepingin banget makan spagetti. Yasudahlah, langsung menuju minimarket dan beli sebungkus spagetti ukuran jumbo (dengan maksud untuk makan bersama suami) plus sekalian beli pasta jadinya. Sampai di rumah, karena udah ga sabarnya, langsung deh diolah. Dulu waktu masih kos, ketika kebanyakan teman-teman selalu menyimpan persediaan pasta spagetti dan sausnya, entah kenapa saya sama sekali tidak tertarik. Dan kayaknya inilah pertama kalinya saya masak spagetti walaupun sebelumnya pernah makan, tapi itu karena dikasih. Makanya...pas sekalinya bikin agak kaget juga, ternyata merebus spagetti itu butuh kesabaran. Belum lagi bikin sausnya, karena saya kurang puas kalau cuma ditumis saja. Setidaknya adalah ditambah bawang bombay atau saus lainnya. Fufufu, masih cepetan bikin mie instan sodara-sodara :D

Lanjut cerita, setelah jadi dua porsi spagetti, kami pun mulai menyantapnya. Daaannn...saya sih doyan-doyan aja, tapi ternyata suami kelihatan sekali mimik mukanya yang beda dari biasanya. Hoho, setelah jujur-jujuran, ternyata suami tidak terlalu doyan makan spagetti! Dan baiklah, mau tidak mau saya lah yang harus menghabiskan semua sisa termasuk sisa spagetti mentah di kulkas. T.T

Tapi kalau dirasa-rasa ya, spagetti itu rasanya ya gitu-gitu aja. Malah saus instannya itu bikin cepat bosan dan berasa sekali makan pengawet. Apalagi kepikiran si kecil yang ada di perut kasihan kalau kebanyakan diberi makanan pengawet. Dan akhirnya...si spagetti mentah pun dianggurin cukup lama di kulkas..... *spagetti juga butuh kesabaran

Sampai suatu sore selesai masakin suami makan malam, waktu itu saya masak ayam lada hitam. Pas lihat tekstur hasil masakan, entah kenapa saya kepikiran sama si spagetti yang lama dicuekin. Ah...munculah ide iseng. Kayaknya tidak ada salahnya kalau makan ayam lada hitam ini pakai spagetti sebagai pengganti nasi. Dan.....taraaaa, jadilah makanan ini!


Potongan merah-merah itu tomat yang diiris dadu dan dicampur dengan spagetti yang sudah didinginkan bersama sedikit minyak sayur. Maksudnya biar seger dan tidak eneg. Rasanya...not bad lah, paling tidak suami minta dibagi juga :)

Selain iseng-iseng di atas, saya juga coba habiskan stok spagetti dengan gulai ayam pedas kayak gini. Dan yang ini, jaaauuuhh lebih saya suka karena kuah kental gulainya nyummy dimakan sama spagetti dan timun segar. Cuma kalau mau coba makan cara ini harus hati-hati, siapkan celemek makan dulu sebelum kuah kuning gulainya nyiprat kemana-mana :p


Oh ya, untuk resep Ayam Lada Hitam ataupun Gulai Ayam Pedasnya sebenarnya di google tersedia banyak. Cuma kalau mau buat yang versi saya, saya pakai resep dari sini :

1. Ayam Lada Hitam : http://www.eresep.com/5622/1/resep-ayam-lada-hitam.htm
    
Di resep ini saya skip angciu karena nonhalal. Terus lada hitam yang saya pakai yang bentuk bubuk karena di tempat saya tidak ada lada hitam. Lada hitam bubuk itupun ada karena saya bawa dari Jawa, hehe.
2. Gulai Ayam Pedas : http://www.adresep.com/2013/07/resep-cara-membuat-gulai-ayam-pedas.html
    
Nah kalau yang di resep ini, waktu itu saya lagi kehabisan kemiri, jadinya saya skip kemirinya. Tapi rasanya tidak terlalu ngefek kok biarpun tanpa kemiri. Oh ya, kalau lihat hasil masakan gulai saya, kelihatan sekali cabenya tidak halus ya. Maklum, kami masih termasuk nomaden jadi mau beli cobek batu masih mikir-mikir berat pindahnya. Jadilah setiap saya masak beginian, bawang-bawangan saya parut dan cabe-cabeannya saya tumbuk kasar pake botol bekas sirup. Hiks, kesian banget ya...tapi alhamdulillah tidak mengurangi rasa syukur. :)

Sekian sharingnya, semoga bermanfaat ^^

Bicara Cinta ?

0 komentar
Salam,,


Tentang Kehakikian Cinta...
Tentang apa yang membalut kita sejak dalam rahim bunda,
Namun tak kunjung jua meretas makna

Tak pernah ada yang salah dari cinta,
Cinta adalah fitrah suci dalam diri manusia,
Tapi berhentilah menuntut bahagia dari cinta,
Tak perlu menuntut bahagia dari cinta,
Sang Khaliq tak hentinya mengalirkan cinta dalam urat nadi kita,
Sebutkan saja dalam hati apa yang kita rasa

Ada yang manis dari cinta,
Dialah diam, kesabaran dalam cinta,
yang meletupkan kesempurnaan dari cinta
Maka berhentilah berceloteh banyak tentang cinta,
Sang Khaliq tak pernah berpaling dari kita...


Saturday, September 7, 2013

Saya di Antara Dua Meja Kerja

2 komentar
Salam,,

Hmmmmhhh....selalu suka dengan aroma sabtu pagi. Ditambah lagi sisa-sisa bau gerimis di subuh ini. Subhanallah...such a perfect morning!

Weekend pagi adalah salah satu momen yang selalu saya tunggu-tunggu setiap minggunya. Bangun pagi, sholat subuh, tilawah, buka jendela, buka laptop, baca-baca artikel dan website/blog favorit, lalu....ngeblog! ^^ Sementara itu, biasanya suami masih gegoleran di samping sambil sibuk dengan channel berita paginya. Sarapan pagi? Ah...ini masih terlalu pagi untuk memasukkan makanan ke tubuh. Cukup air putih atau buah, :D

Bicara tentang akhir pekan, benar-benar ya, sabtu ini adalah sabtu yang paling dinanti di antara sabtu-sabtu sebelumnya. Secara, seminggu ini banyak sekali deadline kantor di samping deadline-deadline lain yang menunggu sebelum ambil cuti. FYI, saya adalah working wife yang alhamdulillah sekarang sudah memasuki kehamilan bulan ke-8. Rasanya....subhanallah ya, antara memenuhi kewajiban sebagai istri, sebagai staf di bagian Neraca Analisis, dan tentu saja sebagai calon ibu yang tetap harus menjaga kesehatan si kecil di dalam perut. Semuanya harus maksimal supaya semakin berkah. Tapi...sebenarnya ada lagi satu hal yang tidak bisa saya tinggalkan begitu saja, yaitu memenuhi passion saya dalam hal crafting dan jahit-menjahit. Dan di sinilah dilema mulai melanda... #tssah

Sudah sejak kecil saya sangat menggemari segala hal tentang 'kreatif' walaupun masih sangat jauh dari 'menjadi seorang kreatif'. Dan semua itu adalah buah didikan tangan seorang ibu rumah tangga yang sering memperlihatkan pada anaknya cara menggunting, menjahit, membuat bunga dari pita jepang, membuat hiasan kamar mandi dari sabun, dll. 

Sampai akhirnya saya merantau pun, tidak pernah bisa lepas dari kegiatan itu. Hingga suatu hari, tibalah saat dimana passion saya semakin meningkat karena kebanyakan nganggur setelah lulus kuliah. Ya, sebut saja 'moratorium', dimana impian untuk langsung diangkat menjadi PNS harus tertunda selama setahun. Tapi sungguh alhamdulillah selalu ada hikmah di balik setiap kejadian. Dari sanalah saya bisa semakin menekuni passion kreatif yang selama kuliah mungkin tidak terlalu tersentuh. 

Dari uang hasil kumpul-kumpul honor magang, saya belikan mesin jahit mini portable untuk membuka bisnis kecil-kecilan. Bisnis itu memang sudah berjalan sebelumnya dengan bermodal jahit tangan. Tapi ternyata tuntutan pesanan dan waktu semakin mendorong keinginan untuk beli mesin jahit. Jujur saja profit yang masuk memang tidak terlalu besar, tapi bisa memenuhi passion saya itu jaaauuuhh lebih memuaskan. Apalagi kalau orderan yang saya buat banyak disukai. Rasanya pengen buat teruuussss...hihi

Lalu tibalah saatnya saya memutuskan untuk memenuhi separuh dien dan bersamaan dengan itu pula saya mulai ditempatkan di sebuah meja kerja yang jauh berbeda dengan meja kerja saya sebelumnya. Ya, saya yang sebelumnya berhadapan dengan meja kerja yang dipenuhi kain motif, benang, renda, dll tiba-tiba harus berhadapan dengan meja kerja isi laptop dan di sana-sini buku-buku tebal (ketahuan pas magang tidak pernah dikasih kerjaan :p).

Meja Kerja1
Meja Kerja2

Di masa awal-awal saya pernah curhat sama suami, "Sepertinya saya ndak cocok kerja di kantor, kak". "Kenapa?". "Nggak tahu, nggak suka aja. Lebih seneng sibuk sama jahit-menjahit kayak dulu". Lalu suami perlahan bilang, "Medya, kalau bukan karena kita terikat kontrak ikatan dinas dan kalau saja ada uangku untuk membayar resign, mauku kamu di rumah aja. Ngurus rumah sambil bisnis yang tidak memberatkan begitu saya senang malah. Tapi bagaimana lagi, sabar saja ya. Jangan bilang ndak suka dulu karena bagaimanapun kita sudah terikat di sana. Sabar ya, kerja dulu sebaik-baiknya  paling tidak untuk delapan tahun ke depan selama masa kontrak. Kalau memang mampu membagi waktu, boleh aja bisnisnya dilanjutin lagi sekarang, malah bagus buat merintis lagi di sini. Siapa tahu kan jadi bisnis besar dan kita ndak perlu bergantung kerja sama orang lain. Malah kita yang membuka lapangan kerja buat orang lain. Sabar sedikit ya.."

Dan...itulah sang suami. Sedikit pencerahan darinya membuat saya lega dan menyadari siapa saya hari ini. Semuanya harus tetap disyukuri dan dilakukan sebaik-baiknya. Karena apa? Karena AMANAH. Jadi kalau ditanya antara meja kerja yang ini atau yang itu? Kini saya mantap untuk tidak memilih. Dua-duanya adalah milik saya dan saya yakin semua bisa terpenuhi asal pandai memanage waktu. Dan setelah berjalan sekian bulan, memang terbukti kalau dijalani dengan senyuman terpenuhilah semuanya. Saya tetap bisa belanja sehari-hari, masak untuk suami, mencuci, menjaga kesehatan diri dan si kecil, memenuhi deadline kantor, dan...nge-craft di akhir pekan. Sumpah, memang puas sekali kalau semua bisa terpenuhi. Kuncinya adalah ikhlas dan melakukan segala hal karena Allah...

Happy Weekend! ^^


Sunday, September 1, 2013

'Kepo', Salahkah?

0 komentar
Salam,,

Akhir-akhir ini banyak sekali istilah-istilah baru dalam percakapan, baik di dunia nyata maupun dunia maya. Dan salah satu yang saya sering dengar baru-baru ini adalah kata 'Kepo'. Awalnya saya tidak mengerti sama sekali makna kata gaul yang satu ini. Kadang bingung juga kalau di tengah perbincangan saya sering dengar orang bilang, "Ih...kepo banget deh". Apaaa..coba??



Dan seiring bertambahnya aktivitas saya di beberapa media sosial, akhirnya saya mulai 'ngeh' apa itu arti kata 'Kepo'. Bahkan saya pernah searching di google dengan keyword 'arti kepo' lho, hihi. Dan yang saya dapat adalah ternyata 'Kepo' itu akronim dari "Knowing Every Particular Object", yang merupakan sebutan untuk orang yang selalu ingin tahu detail dari sesuatu. Yaa ampun...! *garuk-garuk kepala*

Kemudian dari sanalah saya menyadari kalau ternyata selama ini saya punya satu kebiasaan yang namanya 'Kepo', uuupppss! Ya, saya punya kebiasaan ketika mulai masuk di dunia maya terutama di media sosial, sering pingin tahu apa-apa detail karakter dari beberapa orang yang saya 'Kepo'-in. Untungnya...setelah saya pikir-pikir, aktivitas 'Kepo' yang saya jalani ini insya Allah positif dan bermanfaat. Kok bisa?

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:


لاَ حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ: رَجُلٌ عَلَّمَهُ اللَّهُ القُرْآنَ، فَهُوَ يَتْلُوهُ آنَاءَ اللَّيْلِ، وَآنَاءَ النَّهَارِ، فَسَمِعَهُ جَارٌ لَهُ، فَقَالَ: لَيْتَنِي أُوتِيتُ مِثْلَ مَا أُوتِيَ فُلاَنٌ، فَعَمِلْتُ مِثْلَ مَا يَعْمَلُ، وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَهُوَ يُهْلِكُهُ فِي الحَقِّ، فَقَالَ رَجُلٌ: لَيْتَنِي أُوتِيتُ مِثْلَ مَا أُوتِيَ فُلاَنٌ، فَعَمِلْتُ مِثْلَ مَا يَعْمَلُ

Tidak ada (sifat) iri (yang terpuji) kecuali pada dua orang: seorang yang dipahamkan oleh Allah tentang al-Qur-an kemudian dia membacanya di waktu malam dan siang hari, lalu salah seorang tetangganya mendengarkan (bacaan al-Qur-an)nya dan berkata: “Duhai kiranya aku diberi (pemahaman al-Qur-an) seperti yang diberikan kepada si Fulan, sehingga aku bisa mengamalkan seperti (membaca al-Qur-an) seperti yang diamalkannya. Dan seorang yang dilimpahkan oleh Allah baginya harta (yang berlimpah) kemudian dia membelanjakannya di (jalan) yang benar, lalu ada orang lain yang berkata: “Duhai kiranya aku diberi (kelebihan harta) seperti yang diberikan kepada si Fulan, sehingga aku bisa mengamalkan (bersedekah di jalan Allah) seperti yang diamalkannya” (HR. Al-Bukhari).
  
Kenapa tiba-tiba saya tampilkan hadist di atas?
Ya, karena jujur saya banyak merasa iri dengan mereka yang disebutkan dalam hadist di atas. Dan alhamdulillah....iri seperti ini diperbolehkan. Beruntung, mereka-mereka ini sudah mulai banyak beraktivitas di media sosial walaupun orang-orang dengan golongan di atas tidak terlalu aktif di dunia maya, tapi saya yakin setiap apa yang mereka share selalu bermanfaat dan membawa hikmah.

Itulah salah satu yang mendorong saya melakukan aktivitas 'Kepo' di dunia maya, karena saya sering merasa iri dengan mereka sosok-sosok penuh keteladanan. Sebagai informasi, kebanyakan mereka yang saya 'Kepo'-in adalah para muslimah-muslimah sejati, muslimah cerdas dan kreatif, baik teman yang sudah dikenal, yang lebih tua maupun lebih muda, atau bahkan temannya teman saya.

Mengikuti segala aktivitas mereka di media sosial, melihat tutur bahasa tulisannya, melihat apa-apa saja yang ia share merupakan salah satu tempat belajar bagi saya. Walaupun karakter pasti berbeda-beda, tapi selalu ada hikmah dan pesan berharga yang saya dapat dari mereka. Kadang saya juga sering tebal muka untuk sok kenal sok deket dengan mereka demi mau sharing sesuatu, hihi. 

Jadi, saya sepakat bahwa 'Kepo' itu tidak melulu berkesan negatif karena ternyata jika kita bisa menempatkan aktivitas 'Kepo' ini dalam tataran yang benar, insya Allah akan sangat bermanfaat. So...yuk, berlomba-lomba dalam kebaikan ^^

Semangat!


Saturday, August 31, 2013

This Weekend Project: My Recipe Organizer in Handmade

0 komentar

Salam,,

Alhamdulillah....akhirnya weekend lagi ^^, seneng, seneeeng!
Kebetulan banget weekend ini sedang tidak banyak agenda, jadi jadi inilah saatnya saya meng-eksekusi satu project yang sebenernya udah kepikiran dari seminggu yang lalu. Yupp, My Recipe Organizer!

Awalnya tidak pernah kepikiran mau buat buku resep sama sekali, secara di google aja resep tersedia melimpah. Taaapii...ternyata pada kenyataannya kalau pas mau buat lagi masakan yang pernah dicoba, saya sering lupa beberapa bahan maupun takaran. Repooot banget kalau harus buka save page atau malah browsing lagi. Jadilah saya merasa perlu untuk mencatat resep terutama resep-resep penting sehari-hari. Cuma, kali ini saya kepingin bikin sendiri buku resep saya supaya semangat juga nulisnya, hihi.

Nah, kebetulan kemarin pas pulkam sempet bawa segala pernak pernik crafting, jadi bahan yang harus dibeli cuma kertas HVS kuning yang dipotong-potong sendiri. Hemmat pokoknya! :P

Ini beberapa bahan yang digunakan,

Bahan yang digunakan sederhana aja :)
Dan...setelah diutak atik, jadilah My Recipe Organizer in Handmade iniii... ^o^




Subhanallah...seneng ya, kalau bisa bikin sendiri sesuatu yang bermanfaat. Yuk yuk, semangat utak atik ^^

Monday, August 26, 2013

Meraba Kembali Ukiran Indah di Bangku Kuliah

1 komentar
Salam,,

Ya... Selalu ada ukiran indah membekas dari bangku kuliah. Akhirnya saya membuktikan sendiri kata-kata mereka para senior, "Sepahit dan seberat apapun kuliahmu, suatu saat kamu akan sangat rindu masa-masa itu".

Dan benar saja, saat harus mengerjakan bertumpuk-tumpuk tugas, belum lagi dibarengi deadline presentasi, belum juga momok kuis dadakan, rasanya yang ada di pikiran waktu itu adalah "Ayolaaaahh...kapan ini segera berakhir???". Apalagi saat sudah memasuki semester akhir, rasa-rasanya saya tidak percaya pernah melalui masa-masa itu. Masa dimana jam dua belas tengah malam bagaikan jam tujuh malam buat kami-kami yang tidak ingin melewatkan ujian sidang, ujian kompre dan...tentu saja momen foto buku angkatan. n_n

Kadang di saat-saat seperti ini, ketika tiba-tiba rindu masa itu, merasa aneh dan bertanya-tanya juga dalam hati. Apa ya sebenarnya yang bisa membuat kita rindu masa-masa itu? Mencoba merenung sejenak dan menerka, lalu tersenyum.... Kalau dipikir-pikir, sebenarnya alur perasaan seperti ini selalu berulang sejak dari SD sampai bangku sekolah terakhir. Hanya saja, memang ada yang berbeda di bangku kuliah, di mana rasa dan pemikiran ini semakin matang saja menyadari bahwa inilah ujung-ujung dari perjalanan menuju langkah hidup yang berbeda, dan semakin dekat dengan cita dan cinta... Apalagi buat para kos-kosers yang jauh dari orang tua dan saudara seperti saya waktu itu, benar-benar teman adalah pengganti sanak saudara di ranah rantau. Kami saling bergantung, seatap dan sama rasa. Satu sakit, panik semua, atau minimal turut tidak tenang. Jadi tidak salah juga kalau saya sempat tiba-tiba sesenggukan sendiri sambil makan nasi padang tujuh ribuan sehari setelah mendapatkan sertifikat prajab karena menyadari bahwa kami yang sudah lima tahun ini satu atap sebentar lagi akan jauh dan terpisah pulau. Ya, kami yang dulunya punya satu cita-cita yang sama 'kepingin lulus dengan hasil yang memuaskan', akhirnya harus kembali berdiri sendiri dengan cita dan asa masing-masing. 

Intinya, yang saya rasa dari bangku kuliah adalah masa dimana tali-tali kebersamaan terikat sangat kuat bersamaan dengan semakin kuatnya kita mendefinisikan jati diri. Entahlah apa yang saya bicarakan, tapi saya tidak bisa mengelak bahwa banyak hal tentang apa adanya saya sekarang adalah hasil dari apa-apa yang saya temui di masa kuliah. Dari membaca, mendengar, melihat, meraba, dan memaknai masa-masa saat itu, akhirnya kutemukan hari ini...:)

dan inilah kami dalam angka 5 (tahun), saat sedang bangga-bangganya pakai seragam baru dengan saat-saat akhir menjelang penempatan masing-masing

"Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan...?"

Saturday, August 24, 2013

Dear My Sisters, Sebelum Engkau Menjadi Rusuk Kirinya

0 komentar
Salam,,


Alhamdulillah...alhamdulillah...alhamdulillah....
Yuk sebelum dimulai, jangan pernah berhenti mengiringi segala aktivitas kita dengan senantiasa bersyukur dan memuji asma Allah. Walaupun hanya sebatas lisan, satu kalimat syukur bisa memancarkan efek positif lho, buat hari kita...^^

Mmmm...tentang topik kali ini, jujur saja disponsori oleh segala pengalaman dan sepak terjang saya sebagai 'tulang rusuk' seseorang terhitung sejak tanggal 5 Januari 2013 lalu. Bisa dibilang masih sangat mudaaa banget usia kebersamaan ini. Tapi biarpun baru seumur jagung, saya merasa sudah banyak sekali pelajaran dan hikmah yang saya dapat, khususnya dari sudut pandang sebagai wanita.

Wahai saudariku, bagi seorang muslimah, menikah ibarat separuh dari titian jembatan hidup yang kita lalui dan sangat berbeda dengan titian sebelumnya. Jika sebelumnya jembatan yang kita lalui hanyalah papan-papan kayu yang tersusun di atas tali dimana keseimbangan dan keselamatan benar-benar bergantung seutuhnya pada langkah yang kita ambil, maka menikah adalah sisa titian jembatan yang di kanan kirinya tersusun pegangan kokoh untuk memudahkan langkah, lalu di atasnya dilengkapi dengan anyaman daun untuk melindungi dari segala gangguan panas dan hujan. Masya Allah...begitulah yang saya rasakan semenjak memasuki kehidupan baru ini. Nyaman dan teduh...


Bagi seorang wanita, menikah merupakan sebuah perlindungan karena menjauhkan diri dari segala fitnah. Dan yang lebih indah dari sebuah pernikahan bagi kita, bahwa dari sanalah mulai dibukanya pintu pahala sebesar-besarnya bagi wanita ketika ia bisa memenuhi kewajiban sebagai istri dan ibu sesuai dengan ajaran Islam. Hal-hal sederhana seperti memasak dan merapikan rumah pun bisa dicatat sebagai pahala jihad ketika kita menjadi seorang istri. Apalagi ketika dengan senang hati memijat suami saat beliau lelah dan menjaga diri serta kehormatan saat suami tak ada di rumah, semua keutamaannya tersurat jelas dalam hadist-hadist. Subhanallah...jadi siapakah yang tak ingin segera menggenapkan separuh dien ini?

Ups, tapi pelan-pelan saudariku, sesuatu yang terburu-buru juga kurang baik. Bagi kita terutama sebagai wanita, ada beberapa hal yang perlu dimatangkan sebelum memutuskan untuk melangkah ke jembatan ini. Pertama, sudah jelas dan telah banyak dibahas, ilmu adalah modal utama bagi seorang muslimah sebelum menikah. Sebagaimana yang pernah saya sampaikan lewat media sosial, bahwa tidak ada alasan sama sekali bagi seorang wanita untuk tidak menuntut ilmu. Memang, seutama-utamanya wanita adalah berada di rumah, tapi bukan berarti ia mengabaikan pendidikannya. Justru malah di sanalah seorang wanita membutuhkan bekal yang lengkap ketika ia terjun seutuhnya sebagai ibu rumah tangga. Ilmu agama, ilmu tentang pernikahan, ilmu tentang menjadi istri sholihah, ilmu mengelola keuangan rumah tangga, ilmu merawat dan mendidik anak, ilmu tentang memasak, menata rumah, dan maaasih banyak lagi ilmu-ilmu yang diperlukan. Berbeda ketika ia memilih menjadi wanita karier. Bisa jadi ia jenius luar biasa dalam bidang akuntansi, tapi ilmu tentang menata rumah, memasak, merawat anak dengan baik, semuanya diserahkan pada asisten rumah tangga. Jadi sebenarnya, siapakah yang lebih berilmu??


Yang kedua, yaitu tentang kepantasan diri. Kenapa perlu memantaskan diri? "Wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, begitupun sebaliknya". Pertanyaan selanjutnya, kenapa harus yang baik? Kadang ada saja mereka yang berfikiran aneh menurut saya. "Ah, jujur saya ini tidak terlalu baik, jadi ya....cari yang sesuai ajalah, ngapain muluk-muluk mau cari yang lurus banget". Astaghfirullah... Saudariku, resapilah ini:

# Ketika sebelum menikah, segala tanggung jawab tentang baik buruknya kita berada di tangan ayah dan saudara laki-laki kita. Tapi setelah menikah, bersamaan dengan jabat tangan akad, semua tanggung jawab itu mengalir kepada pundak suami kita. Maka apakah kita akan membiarkan seseorang yang berakhlaq buruk menjadi penanggung dan panutan kita?

# Ketika sebelum menikah, hormat dan bakti kita dalah pada ayah dan ibu kita. Tapi setelah menikah, orang pertama yang wajib kita taati adalah suami. Sebagaimana Rasulullah bersabda “Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain niscaya aku akan memerintahkan istri untuk sujud kepada suaminya.” (HR At Tirmidzi). Maka apakah kita akan membiarkan seseorang yang dzalim dan tak berilmu untuk kita taati?

Tentu bagi yang menginginkan sebuah pernikahan sebagai jalan menuju syurga Allah, tidak ingin sembarang dalam mengambil langkah. Ia pun tidak akan sembarang menjadikan dirinya sebagai rusuk kiri seseorang. Karena kemana ia berada, bergantung pada tubuh (suami) yang membawanya. Jadi, masihkah kita enggan untuk memantaskan diri? Cukupkah kita dengan apa adanya kita saat ini?

Ketahuilah saudariku, sungguh nyamannya menjalani kehidupan ini apabila kita senantiasa berada di dekat seseorang yang berilmu, penuh keteladanan, mengerti tentang bagaimana memperlakukan kita sebagai wanita sesuai dengan ajaran Islam dimana Islam sangat halus dan menghormati martabat wanita. Selain itu, kita akan senantiasa terlindungi dari hal-hal haram bahkan syubhat karena beliau sangat mengerti dan wara' terhadap hal-hal demikian. Dan yang saya rasakan sendiri, adanya teladan baik di dekat saya, membuat saya selalu iri dan malu, sehingga saya senantiasa ingin memperbaiki diri untuk menjadi "pantas' baginya. Subhanallah...

Yuk semangat dan semoga bermanfaat ^^